Perjalanan jiwa bersama KPBA di Bangsal Anak RSCM

Hari itu 15 Januari 2011 adalah hari yang Saya tunggu sejak lama. Lama tidak berkecimpung di dunia sosial membuat Saya seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa saat menginjakkan kaki di RSCM bangsal anak. Untungnya semua teman-teman di KPBA (Kelompok Pecinta Bacaan Anak) adalah teman-teman yang sangat kooperatif dan memaklumi keluguan Saya.

Sudah sangat lama jiwa Saya ini tidak diajak berkelana melihat sisi lain kehidupan. Rasanya 20 tahun lalu adalah waktu terakhir jiwa Saya berkelana menyelami kehidupan lain di tempat-tempat yang jauh dari kenyataan hidup Saya seperti daerah kumuh tempat gelandangan, Rumah Sakit Jiwa sampai dengan daerah pelacuran, yang merupakan bagian dari proses belajar Saya sebagai mahasiswa Psikologi. Suatu pengalaman jiwa dan batin yang tidak pernah Saya alami lagi begitu Saya menjejakkan kaki di dunia profesional di Jakarta.

Maka dari itu, begitu kaki Saya melangkah memasuki bangsa anak di RSCM, batin Saya mulai bergelora, memunculkan kembali sensasi-sensasi yang terkubur selama 20 tahun. Begitu mata Saya menatap Nafa dan teman-temannya, semua sensasi itu bercampuk aduk tidak karuan. Jujur,nyaris Saya tidak bisa menguasai diri untuk menjadi pendongeng di hari itu.

Untungnya Saya termasuk orang yang punya kontrol diri baik, sehingga dalam waktu pendek Saya bisa menenangkan diri dan memilih untuk “mengekor” mbak Rika yang mengajak Nafa untuk bermain origami. Setelah belajar dari kematangan mbak Rika menguasai diri dan juga “menguasai” Nafa, Saya baru berani melangkahkan kaki pindah ke ranjang lain. Pilihan Saya tidak banyak karena anak-anak lain banyak yang sedang tidur dan sebagian lagi sedang asyik dengan Irma. Akhirnya ranjang di pojok dimana seorang gadis kecil yang tidak tampak terlalu parah sakitnya menjadi teman Saya untuk mendongeng. Maaf Saya lupa namanya.

Proses mendongeng berjalan lancar, karena secara fisik gadis kecil ini sedang fit dan mampu berkomunikasi 2 arah dengan baik. Pertama Saya menawarkan 2 buku yang Saya bawa, dan gadis ini memilih “Mengapa Udang bengkok”. Saya mencoba mempraktekkan apa yang disarankan Mas Agus dan Mbak Rika selama membawakan cerita tersebut. Si gadis kecil ini sangat tertarik dengan gambar-gambar di buku yang memang penuh warna. Jujur, menurut Saya gadis ini lebih tertarik pada buku dibandingkan pada cara Saya yang bercerita, karena cara Saya bercerita memang masih sangat lemah.

Sebetulnya Saya hanya merencanakan untuk membawakan 1 cerita untuk gadis kecil ini, tetapi berhubung si gadis kecil ini tampak tertarik dengan buku lain yang Saya bawa, akhirnya Saya pun kembali bercerita menggunakan buku tersebut. Ternyata gadis kecil ini sangat suka dengan isi buku tersebut. Saya sendiri baru satu kali itu membacakan buku kecil yang merupakan salah satu buku dari kumpulan buku yang ditulis Ibu Murti. Isinya tentang anak ayam, dan tujuannya melatih berhitung. Gadis kecil itu dengan asyik mengikuti ajakan Saya menghitung jumlah ayam dalam setiap lembar buku tersebut.

Setelah selesai dengan gadis kecil ini, Saya merasa lebih mantap dalam melangkahkan kaki ke ranjang-ranjang lainnya. Sayangnya anak-anak lain masih tertidur, dan pilihan Saya hanyalah mengikuti teman-teman KPBA yang sedang membacakan cerita. Kali ini Saya memilih untuk mengekor ibu Kis yang sedang bercerita pada 2 anak sekaligus di 2 ranjang yang bersebelahan.

Singkat kata, perjalanan jiwa Saya di bangsal anak RSCM itu pun berakhir dengan berbagai macam perasaan yang tercampur aduk. Bagi Saya hal ini adalah salah satu vitamin yang memang Saya cari, yang sudah terlalu lama tidak Saya dapatkan. Sesampainya di rumah, sembari melakukan persiapan untuk perjalanan ke Makassar dan Palu (keesokan harinya Saya harus tugas ke luar kota), bayangan Nafa dan teman-temannya masih meloncat-loncat dalam pemikiran Saya. Demikian juga saat Saya menatap gumpalan awan melalui kaca pesawat, bayangan mereka masih tampak jelas, dan terasa memanggil Saya untuk kembali ke bangsal tersebut.

Terima kasih untuk Ibu Murti yang memberikan kesempatan ini, juga kepada mbak Rika, Bu Kis, Irma, dan Afif yang mau berbagi pengalaman dan memaklumi keluguan Saya di hari itu. Semoga di kemudian hari tidak hanya Saya yang bisa mencicipi pengalaman luar biasa ini. Suatu saat, dimana ananda Bima siap menghadapi kenyataan hidup di bangsal itu, Saya akan mengajak Bima untuk melihat sisi lain kehidupan. Amin.



Catatan: KPBA adalah Kelompok Pecinta Bacaan Anak yang sudah melakukan aktivitas menemani pasien anak-anak di bangsal anak RSCM ini selama belasan tahun. Ini adalah web KPBA: http://www.kpba-murti.org/

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Perjalanan jiwa bersama KPBA di Bangsal Anak RSCM"

Post a Comment