Sweet & 'Wild" Reunion (2)

Seperti yang kutulis di posting sebelum ini, Arthur Schopenhauer bilang bahwa "Every parting gives a foretaste of death, every reunion a hint of the resurrection".

Buatku kalimat terakhirnya lah yang paling berkesan, bahwa setiap reuni merupakan pertanda kebangkitan. Kebangkitan akan kenangan yang mau tidak mau menggelitik kebangkitan gairah. Kebangkitan akan gejolak jiwa bahwa kita pernah muda. Khususnya untuk perempuan-perempuan seperti aku dan teman-teman, para perempuan yang memasuki usia paruh baya yang konon katanya malu dibilang sudah tua tapi juga tanggung dibilang sudah tua. Ha..ha..ha..peace girls, jangan ngambek temans..... Tapi......udahlah akui aja, kita memang udah 40-an. Toh makin tua makin ganyeng...:)

Perempuan. Cuma itu yang ada di sekolah kami dulu. Sebuah SMA yang sampai dengan saat itu masih mengkhususkan diri untuk mendidik para perempuan, para gadis-gadis yang tidak pernah bisa berhenti bicara seperti kami, sesuai kodrat perempuan yang lebih jago kemampuan verbalnya daripada laki-laki.

Nggak adanya murid cowok nggak bikin kami lupa akan kenangan di sekolah itu. Memang sih nggak ada kenangan mantan pacar satu SMA, tapi lebih dari itu banyak kenangan konyol dan mendalam yang bertebaran. Tanya kenapa? Jangan tanya sama rumput yang bergoyang, tapi baca tulisan John Gray tentang "Men are from Mars, Women are from Venus". Jelas bahwa seperti layaknya perempuan lain sebagai mahluk yang dalam ceritanya berasal dari planet Venus, perempuan-perempuan di sekolah kami adalah orang-orang yang sangat berorientasi pada perasaan dan manusia. Keeratan hubungan jelas lebih kental secara emosi. Dan itu tak terlupakan sampai dengan usia kami yang memasuki paruh baya ini.

Keeratan emosi itulah yang mungkin menggelitik beberapa teman untuk hadir dalam acara reuni kecil yang diadakan tanggal 25 Februari lalu. Buat angkatan kami yang lulus di tahun 1986, nyaris 24 tahun kami nggak ketemu. Nyaris 1/4 abad bo....please deh.

Jujur buat aku pribadi sebetulnya kata "reuni" adalah sesuatu yang nggak menggairahkan. Buat apa sih? Cape ah! Nggak ada waktu! Maaf aku sibuk. Entah kata defensif apalagi yang keluar dari mulutku setiap ada undangan reuni. Walaupun memang betul I really have no time for those reunions, but deep inside my heart I must say that I don't need it.

Tapi nggak tau kenapa begitu kata "reuni" itu muncul dari teman-teman SMA, aku mulai bergeming. Ada riak-riak yang tiba2 bergejolak dalam diriku. Ada loncatan-loncatan memori yang menarik-narikku untuk memutar kembali isi kepala dan hatiku ke 24 tahun lalu. Sok puitis, tapi memang gitu ceritanya. Nggak tau kena santet atau apa (just kidding), yang jelas gairah itu tiba-tiba muncul. Ah iya ya, aku kangen sama mereka. Aku kangen ketemu suster Stella Maris (kepala sekolah kami dulu). Aku kangen sama semua hal yang tiba2 berlari deras dalam memoriku dan makin mengguncangku untuk bilang "aku mau dateng ke reuni itu". Surprise memang, sampai2 si mas yang ganteng, teman idupku selama ini, jadi ndomblong (tapi masih cakep walaupun ndomblong). "Nggak salah tuh?", begitu katanya.

Apa ya yang aku cari di reuni itu? Hanya sekumpulan perempuan? Eits nanti dulu. Mereka bukan perempuan sembarang perempuan. Mau tau kehebatan mereka? Itu semua bisa keliatan dari tingkah, polah, tawa lepas dan semua "pengakuan dosa" kami di hadapan Suster Stella Maris tercinta di reuni tanggal 25 Februari 2010 kemaren. Detil acara bisa dilihat di posting setelah ini.

Yang jelas reuni singkat yang hanya dihadiri 22 orang namun kehebohannya seperti 100 orang itu, memacu adrenalinku untuk kembali secara jujur merenungi bahwa ternyata aku masih punya banyak teman. Alhamdulillah.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Sweet & 'Wild" Reunion (2)"

Post a Comment