DRAKULA YANG BAIK HATI

(Cerita ini dipersembahkan untuk ananda Bima Anggara. Cerita ini dibuat berdasarkan kumpulan berbagai cerita yang sudah ada sebelumnya dari berbagai sumber, yang kemudian disarikan dan dirangkai oleh penulis)


Di sebuah tempat bernama Transylvanian di daratan Eropa, ada seorang anak laki-laki bernama James Hart, Ia biasa dipanggil James. Ia tinggal bersama kedua orangtuanya. James adalah penyayang binatang, ia tidak pernah tega membunuh binatang, bahkan seekor nyamuk pun. Selain itu James adalah anak yang sangat takut melihat darah. Begitu melihat darah menetes, Ia akan langsung pingsan.

Pada suatu hari James pergi ke perpustakaan untuk mencari buku mengenai berbagai binatang kesukaannya. Karena terlalu asyik dengan bacaannya, James pun lupa akan waktu. Tak terasa hari telah beranjak malam. “Astaga hampir jam 9 malam! Sebentar lagi perpustakaan akan tutup! Aku kemalaman untuk pulang. Aku harus pulang sekarang!”, kata James. Dengan tergesa-gesa James pun segera keluar dari perpustakaan.

Hari telah larut malam, jalanan sudah sepi. James berjalan menyusuri lorong-lorong jalan menuju rumah. Di sebuah lorong yang gelap, suasana senyap, hampir tak terdengar suara kecuali langkah kaki James. Tiba-tiba langkah kaki James terhenti. “Rasanya ada yang mengikutiku?”, tanya James dalam hati. Ia pun menengok ke belakang. “Ah, tidak ada siapa-siapa. Aneh”, gumam James. Ia pun kembali melayangkan pandangannya ke depan. Tiba-tiba sebuah bayangan menerjangnya. James pun menjerit, “Aaaah!”.

Suasana hening. Tak terdengar lagi langkah kaki dan suara James. Kemana James? Sejak saat itu James tak pernah pulang ke rumahnya. Tak satu pun orang tahu kemana James menghilang.

Sementara itu jauh di salah sudut Transylvania, di sebuah bangunan tua tak bertuan, tampak bayangan seorang laki-laki di balik jendela di keremangan malam. Laki-laki itu membalikkan badannya, menatap sesosok tubuh kecil yang tergolek di dalam peti. Wajahnya menyeringai saat tubuh kecil itu mulai bergerak. Itu James! James masih hidup!. “Hoaaaa, dimana aku?”, gumam James sambil menggeliat meluruskan badan dari tidur nyenyaknya. Ia menggosok matanya sambil kebingunan menatap sekitarnya. Tiba-tiba James menjerit begitu matanya menatap sosok laki-laki yang menyeringai, “Aaaargggh...Hantu! Tolong ada drakula!”.

Ya betul, laki-laki itu menunjukkan taringnya yang tajam, wajah yang pucat sebagaimana seorang dracula. James begitu ketakutan, Ia pun melarikan dirinya meringkuk di pojok ruangan. Laki-laki itu berkata, “Aku memang drakula....”. James dengan ketakutan menjawab, “Jangan dekati aku. Jangan gigit aku. Jangan.... hu...hu...hu....”. Namun laki-laki itu terus mendekatinya, tangannya berusaha meraih James. Dengan gesit James melarikan diri. Ah, namun James kalah gesit dengan drakula itu. James pun tertangkap. “Tidak, jangan gigit aku!”, jerit James berulang kali. Drakula tetawa dengan suara menggelegar, “Ha..ha..ha....Aku tidak akan menggigitmu karena aku sudah mengigitmu 7 hari yang lalu! Sekarang kau adalah drakula, James. Sama denganku. Kau adalah drakula!”.

James terdiam tak percaya mendengar perkataan drakula tersebut. Drakula menuntunnya menuju cermin di dekatnya dan James pun menjerit begitu melihat 2 buah taring di giginya sendiri. Wajahnya pun pucat pasi tidak seperti James sebelumnya! “Tidak! Aku tidak mau jadi drakula! Tidak!,” jerit James. Dengan sinis drakula menjawab, “Sudah terlanjur. Tidak ada yang bisa kau lakukan, drakula kecil. Mulai sekarang aku menjadi tuanmu, karena aku yang menciptakanmu. Kau harus belajar cara hidup sebagai drakula!”. James menangis tersedu-sedu tanpa henti. Drakula membiarkannya.

Sampai pada akhirnya James berhenti menangis, karena ia merasa lelah, haus dan lapar. James berkata, “Aku lapar”. “Panggil aku tuan!”, kata drakula. Dengan terpaksa James menurut dan berkata, “Tuan, aku lapar dan haus. Aku ingin makan dan minum”. Drakula dengan tersenyum menjawab, “Bagus, berarti kamu harus belajar bagaimana mengigit dan menghisap darah manusia!”. James terkejut dan menolak, “Tapi, tapi aku tidak bisa minum darah. Aku takut lihat darah, tuan”. Dengan tenang drakula menjawab, “Berarti kau akan kelaparan dan kehausan sepanjang hidupmu, karena drakula tak bisa mati. Apa kau mau seperti itu terus?”.

James terombang-ambing antara rasa lapar dan haus dengan keharusannya untuk menghisap darah. “Bagaimana mungkin aku bisa menghisap darah, melihatnya saja aku sudah pingsan?”, gumam James dalam hati. Tapi rasa lapar dan haus terus menderanya, dan pada akhirnya membuatnya terpaksa memenuhi perintah tuan drakula.

Sebetulnya Tuan Drakula mulai menaruh rasa kasihan pada James. Wajah James mengingatkan Tuan Drakula akan anaknya yang hidup 300 ratus tahun lalu. “Sebetulnya kamu tidak harus menghisap darah manusia. Mungkin kamu belum terbiasa. Kamu bisa hidup dengan menghisap darah binatang”, kata Tuan Drakula. “Oh tidak, Tuan. Jangan, aku tidak tega binatang kubunuh. Bagaimana mungkin, membunuh nyamuk pun aku tidak tega”, kata James.

Mendengar itu kejengkelan Tuan Drakula muncul kembali, “Ya sudah, kalau begitu satu-satunya cara sekarang kamu harus belajar dulu cara mengigit dan menghisap darah manusia. Tidak ada cara lain!”. Dengan sangat berat hati James mengiyakan perintah Tuan Drakula. “Tuhan, maafkan aku. Tidak ada yang bisa kulakukan lagi”, James mendesis. Singkat kata kemudian Tuan Drakula mengajari bagaimana cara James menghidap darah manusia.

“Sekarang waktunya kamu mempraktekkan ajaranku. Pertama kali kuperintahkan dirimu untuk pergi ke tempat yang tidak jauh dulu. Pergilah ke Inggris, cari korbanmu, dan minumlah sepuasnya darah korbanmu! Setelah itu laporkan padaku”, kata Tuan Drakula.

James pun terbang ke Inggris. Ia begitu gembira karena bisa terbang. Namun sesampainya di Inggris, keraguan mulai melandanya lagi. Tapi dorongan rasa lapar dan haus juga menderanya. James memberanikan diri mendatangi sebuah rumah besar, seperti sebuah puri. Ada banyak pengawal di situ. Tapi James tetap mendekati karena tertarik melihat keindahan puri itu. “Siapa ya yang tinggal di situ?”, tanya James dalam hati. James pun terbang dan melalui jendela yang terbuka lebar masuk ke sebuah ruang tidur. Ada seorang laki-laki sedang tidur di ranjang besar nan megah. Perlahan James mendekati laki-laki itu. Dan James berhasil memegang tubuh laki-laki itu dan siap menancapkan taringnya pada tubuh laki-laki itu.

Laki-laki itu pun terbangun dengan kagetnya. “Siapa kau? Berani-beraninya masuk ke ruang tidurku!, teriak laki-laki itu. “Aku James si drakula. Aku akan menghisap darahmu. Maaf ya!”, jawab James dengan lugunya. “Apa?! Menghisap darahku?! Kurang ajar! Kau tahu siapa aku? Aku Pangeran Charles, putera mahkota kerajaan Inggris! Berani-beraninya kamu mau menghisap darah biruku! Darahku tidak sama dengan darah orang-orang jelata sepertimu!”, teriak Pangeran Charles. James terkejut mendengarnya, “Apa? Darah pangeran warnanya biru? Wah mungkin aku salah sasaran. Maaf pangeran, saya harus pergi sekarang”.

Dengan tergesa-gesa James melarikan diri dari kamar Pangeran Charles. Ia tidak habis pikir mengapa darah pangeran berwarna biru. Ia mencari sasaran lain, dan sampailah ia di sebuah rumah. James tidak ingin salah sasaran lagi, karena itu kali ini ia bertanya pada orang yang berdiri di dekat rumah itu. “Maaf pak, itu rumahnya siapa ya?”, tanya James. Tanpa curiga orang itu menjawab, “Kau tidak tahu ya? Itu rumah Pangeran Edward”. James pun bertanya lagi, “Kalau Pangeran Edward berdarah biru juga ya?”. Orang itu menjawab, “Ya iya lah. Di daerah sini semua orang berdarah biru, karena ini area tinggalnya keturunan kerajaan Inggris”.

James mengucapkan terima kasih dan berpikir, “Berarti aku tidak bisa menghisap darah orang Inggris karena mereka berdarah biru bukan merah”. James memutuskan untuk kembali ke Transylvania untuk melaporkan hal ini pada Tuan Drakula. Setelah James melaporkan hal ini, Tuan Drakula menjadi marah besar, “Goblok! Jadi kamu tidak menghisap darah mereka? Darah biru itu hanya kata kiasan! Darah mereka sama seperti manusia lainnya warnanya merah! Dasar bodoh!”. James menyesal dan berkata bahwa ia makin kelaparan, “Apa yang harus kulakukan Tuan Drakula?”.

“Sekarang kau rasakan akibatnya, kau makin kelaparan dan kehausan bukan? Sekarang kamu pergi ke Australia! Di sana tidak ada orang berdarah biru, jadi kamu tidak akan kebingungan. Pergi sana! Hei tunggu, aku rasa sebaiknya aku mengawalmu supaya tidak terjadi kekonyolan lagi”, Perintah Tuan Drakula. James pun terbang ke Australia diikuti oleh Tuan Drakula.

Sesampainya di Australia, James menemukan calon korbannya. Tuan Drakula berkata, “Ingat jangan pedulikan tentang warna darah. Gigit dia dan hisap darahnya. Aku akan tunggu di tempat ini. Segera laporkan padaku hasilnya”. Tuan Drakula beristirahat, sementara James terbang menuju ke rumah calon korbannya seorang wanita muda berkulit putih bersih. Walaupun masih bertentangan dengan kata hatinya dan rasa takutnya melihat darah, namun James memberanikan diri menggigit wanita itu dan mulai menghisap darahnya. Tiba-tiba James merasa mual dan muntah. Ia pun segera melarikan diri sambil menahan rasa mualnya yang tidak hilang.

“Tuan Drakula, aku sudah menghisap darah wanita itu. Tapi kenapa darah rasanya kecut dan asam? Aku jadi mual dan muntah”, kata James. Tuan Drakula kebingungan mendengarnya, “Selama 300 ratus tahun aku menghisap darah manusia, tidak pernah aku menemukan darah rasa kecut dan asam. Tunjukkan korbanmu!”. Mereka pun terbang menuju rumah sang korban James. Tampaknya wanita itu belum mati, hanya pingsan. James menunjukkan korbannya pada Tuan Drakula. “Hmm, kamu memang mengigit manusia. Tapi kenapa darahnya kecut ya?”, pikir Tuan Drakula. Kemudian Ia berkata, “James tunjukkan gigitanmu”. James pun menunjukkan gigitannya pada tubuh wanita itu.

“Astaga James! Pantas saja terasa kecut dan asam! Siapa yang menyuruhmu mengigit dan menghisap darah di bagian ketiak!”, teriak Tuan Drakula. “Tuan kan tidak bilang di bagian mana aku harus mengisap, jadi kuhisap di bagian yang paling mudah saat kudekati dia”, kata James sambil memperagakan posisi tidur si korban saat Ia menggigitnya. “Yang digigit itu bagian leher bukan ketiak...........!”, teriak Tuan Drakula dengan jengkelnya.

Sampai dengan saat itu James belum juga minum darah manusia. Darah wanita yang dihisapnya di ketiak, dimuntahkannya kembali saking kecutnya. Tuan Drakula makin bertambah keraguannya akan kemungkinan James berhasil menjadi drakula impiannya. Ia mulai berpikir bahwa kemungkinan ia salah memilih James. Tapi Tuan Drakula masih berambisi membentuk James menjadi drakula. Ia pun menugaskan James pergi ke Amerika untuk kembali belajar mengigit dan mengisap darah manusia. “Kamu makin lemah James, karena belum juga minum darah. Tapi kamu akan mendapatkan banyak darah di Amerika. Pergilah kesana dan ingat gigit mereka di leher bukan di ketiak!”, kata Tuan Drakula.

Sesampainya di Amerika, James masuk ke sebuah rumah. Di ruang tamu rumah itu James terpana melihat sebuah foto yang terpampang besar. Itu foto pemilik rumah ini. Ia seorang laki-laki berkulit hitam yang bertubuh gagah dengan sorot mata tajam. “Hmmm, rasanya aku pernah melihat orang ini. Dimana ya?”, tanya James dalam hati. James akhirnya menemukan sang pemilik rumah sedang tidur nyenyak. James mendekatinya perlahan dan memegang tubuhnya, dan ketika James bersiap-siap menancapkan giginya di leher laki-laki berkulit hitam itu, tiba-tiba sebuah pukulan meninju hidung James. Ia terpelanting dan kesakitan memegang hidungnya yang berdarah. Laki-laki itu berteriak,“Siapa kamu! Berani-beraninya kamu mau menggigit leherku! Kau tahu siapa aku?! Aku si Leher Besi! Beraninya kamu.......Hei, hei, jangan kabur kau!”. Begitu mendengar makian laki-laki itu, James langsung kabur terbang menyelamatkan diri kembali ke Transylvania.

“Hu..hu....Tuan, orang Amerika calon korbanku ternyata berleher besi. Jadi tak mungkin lehernya kugigit”, lapor James pada Tuan Drakula. “Maksudnya?”, jawab Tuan Drakula kebingungan. James menjelaskan, “Begini Tuan, laki-laki kulit hitam yang akan kugigit bilang bahwa lehernya terbuat dari besi. Jadi aku tidak mungkin mengigitnya. Aku yakin tangannya juga terbuat dari besi karena ia meninjuku dengan sangat keras dan hidungku menjadi patah. Selain itu Tuan, ternyata orang-orang di Amerika banyak yang berkulit hitam seperti calon korbanku. Pasti mereka juga berleher besi semua. Aku takut mengigitnya, taringku pasti patah”. Tuan Drakula mulai curiga mendengar cerita James, “Siapa yang kau gigit?”. James menunjukkan sebuah foto di surat kabar yang ada di ruang itu, “Nah itu dia Tuan. Itu dia si Leher Besi”. Tuan Drakula hanya bisa menghela nafas jengkel melihat foto itu. Itu adalah foto Mike Tyson salah satu petinju besar di dunia yang dijuluki “Si Leher Besi” karena lehernya yang kokoh dan besar.

Tuan Drakula makin yakin bahwa James bukanlah sosok yang tepat untuk menjadi drakula. Namun Ia sudah terlanjur merubah James menjadi drakula, Ia tidak bisa mengembalikan James menjadi manusia biasa. “James, aku akan beri kesempatan terakhir kali. Pergilah ke Afrika, disana banyak orang yang bisa kau gigit dan kau hisap darahnya. Mereka berkulit hitam tapi tidak ada yang berleher besi. Itu hanya julukan saja. Ingat gigit di leher bukan di ketiak, jangan pedulikan warna kulit korbanmu dan jangan hiraukan apa yang dikatakan korbanmu”, perintah Tuan Drakula.

Dengan sisa-sisa tenaganya James terbang ke Afrika. Sebenarnya Ia sudah kelelahan karena belum juga makan dan minum. Namun Ia tidak punya pilihan. Sesampainya di Afrika, James berhenti di sebuah padang rumput yang luas. Ia melihat seorang laki-laki kulit hitam penduduk asli Afrika sedang berjalan di tengah padang rumput. James pun menerjang laki-laki itu. Laki-laki itu melawan, meronta. Namun James berhasil menundukkannya. James memegang leher laki-laki itu dan siap menancapkan taringnya. Namun tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara auman singa yang menggelegar. James terkejut mendengarnya dan menolehkan kepalanya ke belakang. Seekor singa sedang meloncat akan menerkam mereka berdua! James berteriak ketakutan melihat mulut singa yang menganga dengan 2 buah taring yang lebih besar dari taring miliknya siap menggigit dirinya dan laki-laki calon korbannya. James langsung melepaskan tubuh laki-laki Afrika tersebut dan terbang melarikan diri.

“Tuan, tuan, tolong aku tuan,” teriak James pada Tuan Drakula. “Ada seekor singa yang lebih hebat dari drakula menyerangku. Aku belum sempat mengigit korbanku, malahan singa itu yang akan mengigitku lebih dahulu”, dengan terengah-engah James menjelaskan situasinya. Tuan Drakula tidak mampu berkata apa-apa lagi. Ia benar-benar putus asa dan yakin bahwa James memang tidak pantas menjadi drakula. James terlalu baik dan lugu menjadi drakula.

Tuan Drakula berkata, “James aku rasa kamu tidak bisa menjadi drakula. Kamu tidak sanggup membunuh”. James berkata, “Aku memang drakula yang baik Tuan. Tapi Tuan, aku lapar dan haus, aku tidak tahan lagi”. Tuan Drakula menghela nafas panjang, “Itulah dia James. Kamu akan terus menderita haus dan lapar beratus-ratus tahun ke depan selama kamu tidak mampu minum darah. Bisa kau bayangkan siksaan itu?”. James kebingungan menjawab, “Tapi aku tidak mau begitu Tuan. Kasihanilah aku. Apakah ada jalan keluar bagiku Tuan?”.

Tanpa memandang James, Tuan Drakula menjawab, “Ada James. Kamu harus mati. Drakula bisa mati dengan cara ditusuk dadanya menggunakan pasak. Tapi untuk itu kamu harus mati menyakitkan”. Sejenak suasana hening, tanpa ada suara.

Tak lama kemudian suara James kembali terdengar, “Tuan Drakula, aku memilih mati daripada harus hidup dengan membunuh dan minum darah. Bisakah Tuan membunuhku?”. Tuan Drakula terkejut mendengar permintaan James. Biar bagaimana pun Ia tidak tega membunuh James yang begitu mirip dengan anaknya sendiri. Namun Ia juga tidak punya pilihan lain. Akhirnya Ia pun mengangguk.

James duduk berlutut dengan menatap pasrah pada Tuan Drakula, seakan matanya berkata, Silahkan bunuhlah aku. Tolonglah aku untuk tidak tersiksa lagi”. Perlahan Tuan Drakula mengambil pasak, dengan bergetar tangannya memegang pasak tinggi-tinggi. Ia pejamkan matanya dan sambil menitikkan air mata, Ia pun menghujamkan pasak tersebut ke dada James, dan James pun mati.


Moral: sebesar apapun tekanan untuk berbuat jahat bila kita memiliki nurani yang baik, maka kita akan mampu bertahan walaupun terkadang harus berkorban.


CERITA INI ADALAH COPYRIGHT DARI PENULIS. PENGUTIPAN ATAU PENYALINAN DARI CERITA INI HARUS SEIJIN PENULIS.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "DRAKULA YANG BAIK HATI"

Post a Comment